HELLO ☺

HELLO ☺

Rabu, 21 Oktober 2015

RESUME SISTEM MUSKULOSKELETAL

ANFIS SISTEM MUSKULOSKELETAL



Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengurus pergerakan. Komponen utama dari sistem muskuloskeletal adalah tulang dan jaringan ikat yang menyusun kurang lebih 25 % berat badan dan otot menyusun kurang lebih 50%. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligament, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini. (Price,S.A,1995 :175)
Muskulo atau muskular adalah jaringan otot-otot tubuh (ilmu = Myologi). Skeletal atau osteo adalah tulang kerangka tubuh (ilmu = Osteologi ). Muskuloskeletal disebut juga “Lokomotor”. Muskuloskeletal terdiri dari kata: Muskulo yang berarti otot dan Skeletal yang berarti tulang.
Sistem Muskuloskeletal
a)         Otot (muscle)
b)         Tulang (skeletal)
c)         Sendi
d)         Tendon    :  jaringan ikat yang menghubungkan otot dan tulang
e)         Ligamen  : jaringan ikat yang mempertemukan kedua ujung tulang
f)         Bursae     : kantong kecil dari jaringan ikat, antara tulang dan kulit, antara tulang dan tendon atau diantara otot
g)         Fascia      :  jaringan penyambung longgar di bawah kulit atau pembungkus otot, saraf dan pembuluh darah.



ANATOMI SKELETAL



Rangka manusia dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu bagian poros tubuh (aksial) dan bagian alat gerak (apendikular). Bagian aksial terdiri atas 80 tulang pada manusia dewasa umumnya. Sedangkan bagian apendikular terdiri atas 126 tulang pada manusia dewasa umumnya.
A.Bagian aksial terdiri dari:
1. Tulang tengkorak terdiri dari:
Tulang tempurung kepala (os cranium) : Pelindung Otak
·         Tulang dahi (os frontale)
·         Tulang kepala belakang (os occipitale)
·         Tulang ubun-ubun (os parietale)
·         Tulang tapis (os ethmoidale)
·         Tulang baji (os sphenoidale)
·         Tulang pelipis (os temporale)
2. Tulang muka (os splanchocranium)
·         Tulang hidung (os nasale)
·         Tulang langit-langit (os pallatum)
·         Tulang air mata (os lacrimale)
·         Tulang rahang atas (os maxilla)
·         Tulang rahang bawah (os mandibula)
·         Tulang pipi (os zygomaticum)
·         Tulang lidah (os hyoideum)
·         Tulang pisau luku (os vomer)


3. Tulang dada (os sternum). Tulang dada terdiri dari tiga bagian yaitu:
·         hulu (os manubrium sterni)
·         badan (os corpus sterni)
·         taju pedang (os xiphoid prosesus)


4. Tulang rusuk (os costae)
·         Tulang rusuk sejati (os costae vera)
·         Tulang rusuk palsu (os costae sporia)
·         Tulang rusuk melayang (os costae fluctuantes)

5. Tulang belakang (os vertebrae)
Sebuah tulang punggung terdiri atas dua bagian yakni bagian anterior yang terdiri dari badan tulang atau corpus vertebrae, dan bagian posterior yang terdiri dari arcus vertebrae. Arcus vertebrae dibentuk oleh dua “kaki” atau pediculus dan dua lamina, serta didukung oleh penonjolan atau procesus yakni procesus articularis, procesus transversus, dan procesus spinosus. Procesus tersebut membentuk lubang yang disebut foramen vertebrale. Ketika tulang punggung disusun, foramen ini akan membentuk saluran sebagai tempat sumsum tulang belakang atau medulla spinalis. Di antara dua tulang punggung dapat ditemui celah yang disebut foramen intervertebrale. Berikut ini adalah bagian dari tulang belakang :
·         Tulang leher (os cervical)              C 1-7
  • Tulang punggung (os thoraxalis)  Th 1-12
  • Tulang pinggang (os lumbar)        L  1-5
  • Tulang kelangkang (os sacrum)     S  1-5
  • Tulang ekor (os cocigeus)            Co 1-5


6. Tulang gelang bahu
·         Tulang belikat (os scapula)
·         Tulang selangka (os clavicula)
7. Tulang gelang panggul
·         Tulang usus (os illium)
·         Tulang pinggul (os pelvis)
·         Tulang duduk (os ichium)
·         Tulang kemaluan (os pubis)
B. Bagian apendikuler terdiri dari:
1. Tulang lengan
·         Tulang lengan atas (os humerus)
·         Tulang hasta (os ulna)
·         Tulang pengumpil (os radius)
·         Tulang pergelangan tangan (os carpal)
·         Tulang telapak tangan (os metacarpal)
·         Tulang jari tangan (os phalanges manus)

2. Tulang tungkai
·         Tulang paha (os femur)
·         Tulang tempurung lutut (os patella)
·         Tulang kering (os tibia)
·         Tulang betis (os fibula)
·         Tulang pergelangan kaki (os tarsal)
·         Tulang telapak kaki (os metatarsal)
·         Tulang jari kaki (os phalanges pedis)



FISIOLOGI SKELETAL

A. Secara umum fungsi dari sistem skeletal adalah:
1.    Menyediakan bentuk untuk menopang tubuh (formasi kerangka)
2.    Sebagai alat gerak pasif,
3.    Melindungi organ-organ internal dari trauma mekanik,
4.    Menyimpan dan melindungi sumsum tulang selaku sel hemopoietic (red bone marrow),
5.    Fungsi imunologi,yakni membentuk limfosit B dan makrofag
6.    Sebagai pengungkit untuk mendukung berbagaii aktivitas
7.    Sebagai tempat melekatnya otot,ligamen dan tendon
8.    Menyokong berat badan
9.    Menyediakan tempat untuk menyimpan kelebihan kalsium, dan
10.     Menyimpan lemak (yellow bone marrow).
B. Fungsi khusus :
1.      Pembentuk nada suara (sinus paranalis)
2.       Mengatur frekuansi gelombang pendengaran (tulang kecil telinga)
3.      Mempermudah proses kelahiran pada panggul wanita


STRUKTUR SKELETAL





Tulang keras memiliki dua macam bentuk yaitu tulang kompak yang padat dan keras dan tulang spons yang berlubang-lubang dan rapuh. Tulang kompak bentuknya padat, keras dan membentuk perlindungan luar untuk jaringan tulang lainnya.
Tulang spons terletak di bagian dalam dari tulang kompak, rapuh dan memiliki banyak pori atau rongga-rongga. tulang spons terdapat pada ujung-ujung dari tulang kompak.
Jaringan tulang disusun oleh beberapa bentuk sel tulang, yang terdapat dalam cairan ekstraseluler (matriks) berupa garam-garam anorganik (sebagain besar berupa kalsium dan fosfor). garam-garam organik inilah yang memberikan kekuatan pada tulang dan serabut kolagen yang memberikan sifat elastis pada tulang.

Sel-selnya terdiri atas tiga jenis dasar-osteoblas, osteosit dan osteoklas.

1. Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan matriks tulang. Matriks tersusun atas 98% kolagen dan 2% subtansi dasar (glukosaminoglikan, asam polisakarida) dan proteoglikan).Matriks merupakan kerangka dimana garam-garam mineral anorganik ditimbun.
2. Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang dan terletak dalam osteon (unit matriks tulang ).
3. Osteoklas adalah sel multinuclear ( berinti banyak) yang berperan dalam penghancuran, resorpsi dan remosdeling tulang.
· 

KLASIFIKASI SKELETAL BERDASARKAN BENTUK DAN PENYUSUNNYA



1)Berdasarkan penyusunnya :
Pada manusia, kerangka tubuh (skeleton) dibagi menjadi skeleton aksial dan skeleton apendikuler. Skeleton aksial meliputi tengkorak, tulang belakang, tulang dada, dan tulang rusuk. Sedangkan, skeleton apendikuler terdiri atas tungkai atas dan anggota gerak atas, serta tungkai bawah dan anggota gerak bawah.

Skeleton Aksial
a. Tulang tengkorak
Tulang tengkorak terdiri atas 28 buah tulang. Tulang ini mempunyai fungsi yang amat penting, yaitu melindungi otak, mata, dan telinga bagian dalam. Tulang tengkorak yang lain berfungsi membentuk wajah, seperti tulang pipi (os zigomatikus), tulang hidung (os natalis), tulang rahang atas (os maksila), dan tulang rahang bawah (os mandibularis). Tulang tengkorak berhubungan dengan bagian atas tulang belakang (tulang leher).
b. Tulang Belakang
Tulang belakang terdiri atas 33 buah ruas tulang yang dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
  • 24 ruas vertebrae (tulang belakang) yang terdiri atas: 7 ruas vertebrae servical (tulang leher), 12 ruas vertebrae torasik (tulang punggung), dan 5 ruas vertebrae lumbaris (tulang pinggang).
  • 5 ruas sacrum (tulang kelangkang)
  • 4 ruas coccyx (tulang ekor)
Ruas-ruas pada tulang sacrum dan tulang coccyx telah menyatu semenjak masa embrio. Tulang belakang terdiri atas carpus (badan) yang memiliki tiga tonjolan spinalis (procesus spinalis), yaitu prosesus tranversus, procesus anterior dan procesus posterior.
c. Tulang Dada dan Tulang Rusuk
Tulang dada (sternum) terdiri atas kepala (capit), badan (korpus), dan ekor (procesusxip hoideus). Pada tulang dada melekat tulang rusuk (costae) yang terdiri atas 7 pasang tulang rusuk sejati, 3 pasang rusuk palsu dan 2 pasang rusuk melayang. Tulang dada beserta tulang rusuk dan tulang punggung membentuk rongga dada yang di dalamnya terdapat organ penting, seperti paru-paru dan jantung.
Skeleton Apendikular
a. Tungkai atas
Tungkai atas terdiri atas tulang selangka (clafikula), tulang belikat (stapula), tulang lengan atas (humerus), tulang hasta (ulna), tulang pengumpil (radius), 8 buah tulang pergelangan tangan (karpal), 5 buah tulang telapak tangan (metakarpal), dan 14 buah tulang jari (falanges).
b. Tungkai bawah
Tungkai bawah terdiri atas tulang pinggul atau pelvic (yang dibedakan menjadi ilium, pubis, dan ischium), tulang paha (femur), tulang tempurung lutut (patella), tulang betis (fibula), tulang kering (tibia), tulang pergelangan kaki (tarsal), tulang telapak kaki (metatarsal), dan tulang jari kaki (falanges). Pada tulang telapak kaki terdapat satu tulang yang berukuran besar, yaitu tulang tumit (kalkanius).
2)Berdasarkan bentuknya :
Rangka adalah susunan tulang-tulang dengan sistem tertentu. Berdasarkan bentuknya tulang-tulang yang menyusun rangka tubuh dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu:
a.      Tulang pipih.
Tulang pipih berbentuk pipih, contohnya adalah tulang rusuk, tulang belikat, dan tulang tengkorak. Tulang pipih memiliki dua lapisan tulang kompakta yang disebut lamina eksterna dan interna osiskrani yang dipisahkan oleh satu lapisan tulang spongiosa yang disebut diploe.
b.      Tulang pendek.
Tulang pendek berbentuk kubus atau pendek tidak beraturan, contohnya ruas-ruas tulang belakang, pangkal lengan, dan pangkal kaki. Tulang ini memiliki inti tulang spongiosa yang dikelilingi tulang kompakta.
c.       Tulang pipa.
Tulang pipa terdiri atas epifisis (bagian ujung tulang yang membesar seperti bongkol) dan diafisis (bagian tengah tulang di antara dua epifisis). Di antara diafisis dan epifisis terdapat tulang rawan berbentuk lempengan atau cakram epifisis. Jika cakra epifisis masih aktif, maka tulang pipa masih dapat memanjang. Cakra epifisis tidak aktif lagi sekitar umur 20 tahun.
d.       Tulang tak berbentuk.
Tulang tak berbentuk memiliki bentuk yang tidak teratur. Tulang ini tidak memiliki bentuk, seperti pipa, pendek, atau pipih. Contoh tulang tak berbentuk, yaitu wajah dan tulang belakang.

SENDI  




Dalam membentuk rangka tubuh, tulang yang satu berhubungan dengan tulang yang lain melalui jaringan penyambung yang disebut persendian. Pada persendian terdapat cairan pelumas (cairan sinofial). Otot yang melekat pada tulang oleh jaringan ikat disebut tendon. Sedangkan, jaringan yang menghubungkan tulang dengan tulang disebut ligamen.
Persendian dapat dikelompokkan menjadi sinartrosis, amfiartrosis, dan diartrosis. Mari cermati uraian berikut ini.
1. Sinartrosis
Persendian yang tidak memungkinkan terjadinya pergerakan disebut sinartrosis. Tulang-tulang dipersatukan oleh jaringan tulang, contohnya pada tulang-tulang kepala.
2. Amfiartrosis.
Persendian tulang dengan gerakan yang sangat terbatas disebut amfiartrosis. Amfiartrosis dibagi menjadi dua macam, yaitu sinkondrosis dan sindesmosis. Sinkondrosis ialah persendian yang dihubungkan oleh tulang rawan hialin. Contoh sinkondrosis pada pelekatan tulang dada dan tulang iga. Sedangkan, sindesmosis ialah persendian yang dihubungkan oleh jaringan penyambung.
3. Diartrosis.
Diartrosis merupakan hubungan antara tulang yang satu dengan yang lain, yang dihubungkan oleh persendian. Persendian yang menyebabkan gerakan bebas dan mobilitasnya cukup besar, biasanya terjadi pada tulang-tulang panjang. Ujung tulang-tulang ini ditutupi oleh tulang rawan dan terdapat rongga sinofial yang berisi cairan sinofial untuk memudahkan gerakan. Persendian ini ditutupi oleh pembungkus jaringan fibrosa.
Persendian diartrosis dapat dibagi menjadi beberapa macam sendi, yaitu:
a.Sendi putar.
Persendian yang memungkinkan adanya gerakan rotasi atau berputar. Hal ini terjadi apabila ujung tulang yang satu bergerak mengitari ujung tulang yang lain. Contoh sendi putar adalah tulang tengkorak dengan tulang atlas, pergelangan tangan, dan pergelangan kaki.
b.Sendi engsel.
Persendian yang menyebabkan gerakan satu arah karena berporos satu disebut sendi engsel. Contoh sendi engsel ialah hubungan tulang pada siku, lutut, dan jari-jari.
c.Sendi pelana.
Sendi pelana adalah persendian yang membentuk sendi, seperti pelana, dan berporos dua. Contohnya, terdapat pada ibu jari dan pergelangan tangan.
d.Sendi peluru.
Sendi peluru adalah persendian yang memungkinkan gerakan yang lebih bebas. Sendi ini terjadi apabila ujung tulang yang satu berbentuk bonggol, seperti peluru masuk ke ujung tulang lain yang berbentuk cekungan. Contoh sendi peluru adalah hubungan tulang panggul dengan tulang paha, dan tulang belikat dengan tulang atas. 
 


METABOLISME TULANG 



1)         Tulang mengandung hidroksiapatit, kalsium fosfat, nonkristal, kalsium karbonat, dan garam – garam lain -> 50 % total massa rangka.
2)       Sisa massa : matriks glikoprotein, proteglikan.
3)       700 mg kalsium keluar masuk tulang tiap hari.
4)       Tulang remodel terus – menerus.
5)       Sumber kalsium tulang baru dalam cairan tubuh dan sel.
6)       Kalsium plasma menurun -> kalsium tulang dimobilisasi -> Ca2 dalam sirkulasi meningkat -> pembentukan tulang baru.
7)       Keseimbangan negatif Ca2+ -> rakitis dan osteomalasia.
8)       Kehilangan mineral tulang juga dipengaruhi rasio Ca : P dalam makanan.
9)       1,25 dihidroksivitamin D3 memungkinkan hormon paratiroid, melakukan mobilisasi kalsium dan fosfat dari tulang.


PROSES PENYEMBUHAN TULANG

Tahapan penyembuhan tulang terdiri dari: inflamasi, proliferasi sel, pembentukan kalus, penulangan kalus (osifikasi), dan remodeling.
1)         Tahap Inflamasi. 
Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang dengan berkurangnya pembengkakan dan nyeri. Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cidera dan pembentukan hematoma di tempat patah tulang. Ujung fragmen tulang mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan darah. Tempat cidera kemudian akan diinvasi oleh magrofag (sel darah putih besar), yang akan membersihkan daerah tersebut. Terjadi inflamasi, pembengkakan dan nyeri.
2)       Tahap Proliferasi Sel.
Kira-kira 5 hari hematom akan mengalami organisasi, terbentuk benang-benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi, dan invasi fibroblast dan osteoblast. Fibroblast dan osteoblast (berkembang dari osteosit, sel endotel, dan sel periosteum) akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang rawan (osteoid). Dari periosteum, tampak pertumbuhan melingkar. Kalus tulang rawan tersebut dirangsang oleh gerakan mikro minimal pada tempat patah tulang. Tetapi gerakan yang berlebihan akan merusak sruktur kalus. Tulang yang sedang aktif tumbuh menunjukkan potensial elektronegatif. 
3)       Tahap Pembentukan Kalus
Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai celah  sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan, dan tulang serat matur. Bentuk kalus dan volume dibutuhkan untuk menghubungkan defek secara langsung berhubungan dengan jumlah kerusakan dan pergeseran tulang. Perlu waktu tiga sampai empat minggu agar fragmen tulang tergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibrus. Secara klinis fargmen tulang tidak bisa lagi digerakkan. 
4)       Tahap Penulangan Kalus (Osifikasi).
Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam dua sampai tiga minggu  patah tulang, melalui proses penulangan endokondral. Patah tulang panjang orang dewasa normal, penulangan memerlukan waktu tiga sampai empat bulan. Mineral terus menerus ditimbun sampai tulang benar-benar telah bersatu dengan keras. Permukaan kalus tetap bersifat elektronegatif.
5)       Tahap Menjadi Tulang Dewasa (Remodeling).
                Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan reorganisasi tulang baru ke susunan struktural sebelumnya. Remodeling memerlukan waktu berbulan-bulan sampai bertahun – tahun tergantung beratnya modifikasi tulang yang dibutuhkan, fungsi tulang, dan pada kasus yang melibatkan tulang kompak dan kanselus – stres fungsional pada tulang. Tulang kanselus mengalami penyembuhan dan remodeling lebih cepat daripada tulang kortikal kompak, khususnya pada titik kontak langsung.Selama pertumbuhan memanjang tulang, maka daerah metafisis mengalamiremodeling (pembentukan) dan pada saat yang bersamaan epifisis menjauhi batang tulang secara progresif. Remodeling tulang terjadi sebagai hasil proses antara deposisi dan resorpsi osteoblastik tulang secara bersamaan. Prosesremodeling tulang berlangsung sepanjang hidup, dimana pada anak-anak dalam masa pertumbuhan terjadi keseimbangan (balance) yang positif, sedangkan pada orang dewasa terjadi keseimbangan yang negative. Remodeling juga terjadi setelah penyembuhan suatu fraktur. (Rasjad. C, 1998)

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK SISTEM MUSKULOSKELETAL



1.         Sinar – X
Menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi dan perubahan hubungan tulang. Sinar-X multipel diperlukan untuk pengkajian paripurna struktur yang sedang diperiksa. Sinar-X korteks tulang dapat menunjukkan adanya pelebaran, penyempitan dan tanda iregularitas. Sinar – X sendi dapat menunjukkan adanya cairan, iregularitas, penyempitan, dan perubahan struktur sendi
2.         CT Scan (Computed Tomografi Scan)
Menunjukkan rincian bidang tertentu dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cedera ligamen atau tendon. CT Scan digunakan untuk mengindentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang di daerah yang sulit dievaluasi, seperti asetabulum. Pemeriksaan dilakukan bisa dengan atau tanpa kontras dan berlangsung sekitar satu jam.
3.         MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Teknik pencitraan khusus, non invasif yang menggunakan medan magnet, gelombang radio, dan komputer untuk memperlihatkan abnormalitas, misal tumor atau penyempitan jaringan lunak.
4.         Angiografi
Pemeriksaan sisitem arteri. Suatu bahan kontras radiopaque diinjeksikan ke dalam arteri tertentu, dan diambil foto sinar-X serial sistem arteri yang dipasok oleh arteri tersebut. Pemeriksaan ini sangat baik untuk mengkaji perfusi arteri dan bisa digunakan untuk indikasi tindakan amputasi yang akan dilaksanakan.
5.         Digital Substraction Angiography (DSA)
Menggunakan teknologi komputer untuk menggambarkan sistem arteri melalui kateter vena. Sedangkan, venogram adalah pemeriksaan sistem vena yang sering digunakan untuk mendeteksi adanya trombosis vena dalam
6.         Mielografi
Suatu pemeriksaan dengan menyuntikkan bahan kontras ke dalam rongga subarakhnoid spinalis lumbal, dilakukan untuk melihat adanya herniasi diskus, stenosis spinal (penyempitan kanalis spinalis) atau adanya tumor.
7.         Arthrografi
Penyuntikkan bahan radiopaque atau udara ke dalam rongga sendi untuk melihat struktur jaringan lunak dan kontur sendi. Sendi diletakkan dalam kisaran pergerakannya sementara diambil gambar sinar-X serial. Pemeriksaan ini sangat berguna untukmengidentifikasi adanya robekan akut atau kronik kapsul sendi atau ligamen penyangga lutut, bahu, tumit, pinggul dan pergelangan tangan.
8.         Arthrosentesis (aspirasi sendi)
Dilakukan untuk memperoleh cairan sinovial untuk keperluan pemeriksaan atau untuk meghilangkan nyeri akibat efusi. Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mendiagnosis reumatoid artritis dan atrofi inflamasi, serta hemartrosis (perdarahan di rongga sendi) yang mengarah pada trauma atau kecenderungan perdarahan.
9.         Arthroskopi
Merupakan prosedur endoskopi yang memungkinkan pandangan langsung ke dalam sendi. Perawatan yang dilakukan setelah tindakan adalah dengan menutup luka dengan balutan steril. Sendi dibalut dengan balutan tekan untuk menghindari pembengkakan. Kompres es diberikan untuk mengurangi edema dan rasa tidak nyaman.
10.     Skintigrafi Tulang (Pemindai Tulang)
Menggambarkan derajat sejauh mana matriks tulang “mengambil” isotop radioaktif khusus tulang yang diinjeksikan ke dalam sistem tersebut. Pemindai dilakukan empat sampai enam jam setelah isotop diinjeksikan
11.     Termografi
Mengukur derajat pancaran panas dari permukaan kulit. Kondisi inflamasi seperti artritis dan infeksi, neoplasma harus dievakuasi. Pemeriksaan serial berguna untuk mendokumentasikan episode inflamasi dan respons klien terhadap terapi pengobatan antiinflamasi.
12.     Elektromiografi
Memberi infoemasi mengenai potensial listrik otot dan saraf yang menyarafi. Tujuannya adalah menentukan abnormalitas fungsi  unit motor end. Setelah tindakan berikan kompres hangat untuk mengurangi ketidaknyamanan.
13.     Absorpsiometri foton tunggal dan ganda
Uji noninvasif untuk menentukan kandungan mineral tulang pada pergelangan tangan atau tulang belakang. Osteoporosis dapat dideteksi dengan menggunakan alat densitometri.
14.     Biopsi
Dilakukan untuk menentukan struktur dan komposisi tulang, otot, dan sinovium serta untuk membantu menentukan penyakit tertentu. Tindakan yang dilakukan setelah pelaksanaan prosedur adalah  memantau adanya edema, perdarahan dan nyeri. Kompres es dapat diberikan untuk mengurangi edema, bahkan pemberian analgetik untuk mengatasi nyeri.


ASUHAN KEPERAWATAN PADA SISTEM MUSKULOSKELETAL


ASKEP TEORI



1.Pengkajian

Pengkajian pada pasien trauma sistem muskuluskeletal meliputi nama, umur, pekerjaan dan jenis kelamin.

2.Keluhan Utama

Pasien atau penderita trauma sistem muskuloskeletal biasa mengeluhkan nyeri, nyeri yang sering dirasakan adalah nyeri  tajam dan keluhan semakin parah jika ada pergerakan. Meskipun demikian keluhan nyeri pada tulang biasanya tumpul dan dalam yang juga mengakibatkan gangguan pergerakan.

3.Riwayat Penyakit
a)       Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien atau penderita trauma sistem muskuloskeletal mengidentifikasikan rasa nyeri, kejang atau kekakuan  yang dirasakan pada saat mengalami trauma
b)       Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien atau penderita mengidentifikasikan atau menjelaskan awal terjadinya trauma sistem muskuloskeletal.
c)       Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien atau penderita menjelaskan ada anggota keluarga yang pernah mengalami kejadian yang sama seperti dirinya atau tidak.
4.Pemeriksaan Fisik
Seluruh pakaian penderita harus dibuka agar dapat dilakukan pemeriksaan yang baik. Pemeriksaan penderita cedera ekskremitas mempunyai 3 tujuan : menemukan  masalah mengancam jiwa (primary survey), menemukan masalah yang  mengancam ekstremitas (secondary survey), dan pemerikasaan tulang secara  sistematis untuk menghindari luputnya trauma  muskuloskeletal yang lain ( re-evaluasi berlanjut ). Pemeriksaan fisik pada trauma sistem muskuluskletal merupakan pengumpulan data tentang kondisi system dan kemampuan fungsional diperoleh melalui inspeksi, palpasi dan pengukuran sebagai berikut :
a.  Skeletal
1)      Catat penyimpangan dari structur normal menjadi  defrmitas tulang, perbedaan panjang, bentuk, amputasi

2)      Identifikasi pergerakan abnormal dan krepitasi
b.    Sendi
1)      Identifikasi bengkak yang dapat menunjukkan adanya inflamasi atau effuse
2)      Catat deformiotas yang berhubungan dengan kontraktur atau dislokasi
3)      Evaluasi stabilitas yang mungkin berubah

4)      Gambarkan rom baik aktif maupun pasif
c.    Otot
1)      Inspeksi ukuran dan contour otot
2)      Kaji koordinasi gerakan
3)      Palpasi tonus otot
4)      Kaji kekuatan otot baik dengan evaluasi sepintas dengan jabat tangan atau dengan mengukur skala criteria yaitu 0 untuk tidak ada kontraksi sampai 5 = normal rom dapat melawan penuh gaya gravitasi
5)      Ukur lingkar untuk mencatat peningkatan pembengkakan atau perdarahan atau pengecilan karena atropi.
6)      identifikasi klonus yang abnormal

d.   Neurovaskuler
1)     Kaji ststus sirkulasi pada extremitas dengan mencatat warna kulit, suhu, nadi perifer, capillary refill, nyeri
2)      Kaji status neurology
3)      Tes reflek

4)      Catat penyebaan rambut dan keadaan kuku
e.    Kulit
1)      inspeksi truma injury (luka, memar)

2)      kaji kondisi kronis (dermatitis, stasis ulcer)
5.      Diagnosa Keperawatan

a.       Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan sekunder terhadap pembedahan. 

Tujuan            : Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi.

Kriteria Hasil : Nyeri hilang atau berkurang


Intervensi
Rasional
·         Evaluasi keluhan nyeri, lokasi,    karakteristik  dan intensitas nyeri
·         Memberikan posisi senyaman mungkin pada pasien.
·          Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
·         Kolaborasi pemberian analgesik.
·         Untuk mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan pasien.
·         Untuk membantu pasien untuk merasakan kenyamanan dan mempercepat proses penyembuhan pasien.
·         Untuk membantu pasien menghilangkan cemas dan takut yang dirasakan pasien.
·         Membantu pasien menghilangkan rasa nyeri yang dirasakan.  



b.      Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.

Tujuan            : Klien dapat melakukan gerak dan ambulasi.
Kriteria Hasil : Meningkatkan / mempertahankan / mamperhatikan morilisasi pada tingkat paling tinggi.
Intervensi
Rasional
·         Observasi tingkat mobilisasi.
·         Membantu/intruksikan klien untuk latihan gerak aktif pasif pada ekstremitas yang sakit maupun yang tidak sakit.
·         Mendekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien..
·         Kolaborasi dengan ahli fisioterapi dalam pemberian terapi.
·         Untuk mengetahui rentang gerak yang dapat dilakukan oleh pasien.
·         Meningkatkan dan mempertahankan kekuatan otot dan rentang gerak pasien.
·         Membantu pasien dalam pemenuhan aktifitasnya.
·         4.   Membantu pasien dalam melakukan rentang gerak untuk pemenuhan aktifitas dan imobilisasi.
 
PENCEGAHAN PRIMER, SEKUNDER, DAN TERSIER PADA MASALAH MUSKULOSKELETAL



Tingkatan pencegahan ini membantu memelihara keseimbangan yang terdiri dari pencegahan primer, sekunder dan tersier.
a. Pencegahan primer :
Terjadi sebelum sistem bereaksi terhadap stressor, meliputi : promosi kesehatan dan mempertahankan kesehatan. Pencegahan primer mengutamakan pada penguatan flexible lines of defense dengan cara mencegah stress dan mengurangi faktor-faktor resiko. Intervensi dilakukan jika resiko atau masalah sudah diidentifikasi tapi sebelum reaksi terjadi. Strateginya mencakup : immunisasi, pendidikan kesehatan, olah raga dan perubahan gaya hidup.
b. Pencegahan sekunder
Meliputi berbagai tindakan yang dimulai setelah ada gejala dari stressor. Pencegahan sekunder mengutamakan pada penguatan internal lines of resistance, mengurangi reaksi dan meningkatkan faktor-faktor resisten sehingga melindungi struktur dasar melalui tindakan-tindakan yang tepat sesuai gejala. Tujuannya adalah untuk memperoleh kestabilan sistem secara optimal dan memelihara energi. Jika pencegahan sekunder tidak berhasil dan rekonstitusi tidak terjadi maka struktur dasar tidak dapat mendukung sistem dan intervensi-intervensinya sehingga bisa menyebabkan kematian.
c. Pencegahan Tersier
Dilakukan setelah sistem ditangani dengan strategi-strategi pencegahan sekunder. Pencegahan tersier difokuskan pada perbaikan kembali ke arah stabilitas sistem klien secara optimal. Tujuan utamanya adalah untuk memperkuat resistansi terhadap stressor untuk mencegah reaksi timbul kembali atau regresi, sehingga dapat mempertahankan energi. Pencegahan tersier cenderung untuk kembali pada pencegahan primer



PENANGGULANGAN TRAUMA PADA SISTEM MUSKULOSKELETAL

Prinsip Penanggulangan:
Ada enam prinsip umum penanggulangan trauma sistem muskuluskeletal menurut pusponegoro A.J.(2007),yaitu sebagai berikut :
1.      Pertolongan yang aman bagi pasien
2.      Pengobatan berdasarkan diagnosis yang tepat
3.      Pengobatan yang terarah
4.      Perhatikan Laws of Nature
5.      Realistik
6.      Pertimbangan kasus per kasus 

Penanggulangan Trauma Sistem Muskuloskeletal Pada Penderita Fraktur Di Luar RS
Beberapara tindakan yang dilakukan pada penderita patah tulang ketika masih di luar RS adalah sebagai berikut :
1.      Jalan Nafas
Bila penderita tidak sadar, jalan nafas dapat tersumbat karena lidahnyasendiri yang jatuh ke dalam faring atau dikarenakan adanya lendir, darah, muntahan atau benda asing. Untuk mengatasi keadaan ini, penderita dimiringkan sampai telungkup. Rahang dan lidah ditarik ke depan dan bersihkan faring dengan jari-jari.
2.      Perdarahan Pada Luka
Cara yang paling efektif dan paling aman adalah dengan meletakan kain yang bersih (kalau bisa steril) yang cukup tebal dan dilakukan penekanan dengan tangan atau dibalut dengan verban yang cukup menekan. Torniket
3.      Syok
Pada suatu kecelakaan kebanyakan syok yang terjadi adalah syok hemoragik. Syok bisa terjadi bila individu kehilangan darahnya kira-kira 30% dari volume darahnya. Pada fraktur femur tertutup, individu dapat kehilangan darah 1.000-1.500cc. pada fraktur pelvis, kehilangan darah dapat mencapai 2.000cc. tanda-tanda syok meliputi: a) denyut nadi 100x/menit, b) tekanan sistolik kurang dari 100 mmHg, c) wajah terlihat pucat atau sianotik, dan d) kulit tangan teraba dingin. Gejala lalu dapat berupa sakit (bukan gejala dominan), otot-otot lunak rasa haus, pernafasan cepat dan dalam, serta kesadaran dalam rentang normal, apatis atau koma.
Cara paling baik untuk mengatasi syok karena perdarahan adalah diberikan darah untuk mengganti jumlah darah yang hilang, sedangkan cairan lainnya, plasma, dextran, dan lain-lain kurang baik karena tidak mengandung sel darah yang sangat diperlukan untuk transportasi O2.
4.      Fraktur Dan Dislokasi
Fraktur dan dislokasi dari anggota gerak harus dilakukan imobilisasi sebelum penderita dibawa ke rumah sakit untuk mencegah terjadi pergeseran fragmen tulang yang lebih parah. Guna bidai selain untuk mengurangi rasa sakit juga untuk mencegah kerusakan jaringan lunak yang lebih parah. Pada fraktur atau dislokasi servikal dapat dipergunakan gulungan kain tebal atau bantalan pasir yang diletakkan di kanan dan kiri kepala. Pada tulang belakang cukup diletakkan di atas permukaan yang keras.
Fraktur atau dislokasi di daerah bahu atau lengan atas cukup diberikan sling (mitella). Papan yang dilapisi bantalan kapas dapat digunakan untuk fraktur lengan bawah. Fraktur femur atau dislokasi sendi panggul dapat menggunakanThomas splini atau papan panjang dipasang dari aksila sampai pedis dan difiksasi dengan tungkai sebelah yang sehat. Tungkai bawah dan lutut dapat dipakai papan yang dilapisi bantalan kapas dari pangkal paha sampai pedis. Untuk trauma di daerah pedis dapat di pakai bantalan kapas.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar