ANFIS
SISTEM MUSKULOSKELETAL
Sistem
muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengurus pergerakan.
Komponen utama dari sistem muskuloskeletal adalah tulang dan jaringan ikat yang
menyusun kurang lebih 25 % berat badan dan otot menyusun kurang lebih 50%.
Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligament, dan
jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini.
(Price,S.A,1995 :175)
Muskulo
atau muskular adalah jaringan otot-otot tubuh (ilmu = Myologi). Skeletal atau
osteo adalah tulang kerangka tubuh (ilmu = Osteologi ). Muskuloskeletal disebut
juga “Lokomotor”. Muskuloskeletal terdiri dari kata: Muskulo yang berarti otot
dan Skeletal yang berarti tulang.
Sistem Muskuloskeletal
a)
Otot (muscle)
b)
Tulang (skeletal)
c)
Sendi
d)
Tendon
: jaringan ikat yang menghubungkan otot dan tulang
e)
Ligamen :
jaringan ikat yang mempertemukan kedua ujung tulang
f)
Bursae
: kantong kecil dari jaringan ikat, antara tulang dan
kulit, antara tulang dan tendon atau diantara otot
g)
Fascia
: jaringan penyambung longgar di bawah
kulit atau pembungkus otot, saraf dan pembuluh darah.
ANATOMI SKELETAL
Rangka manusia dapat dikelompokkan menjadi dua
bagian yaitu bagian poros tubuh (aksial) dan bagian alat gerak (apendikular).
Bagian aksial terdiri atas 80 tulang pada manusia dewasa umumnya. Sedangkan
bagian apendikular terdiri atas 126 tulang pada manusia dewasa umumnya.
A.Bagian aksial terdiri dari:
1. Tulang tengkorak terdiri dari:
Tulang tempurung kepala (os cranium) : Pelindung Otak
·
Tulang dahi (os frontale)
·
Tulang kepala belakang (os occipitale)
·
Tulang ubun-ubun (os parietale)
·
Tulang tapis (os ethmoidale)
·
Tulang baji (os sphenoidale)
·
Tulang pelipis (os temporale)
2. Tulang muka (os
splanchocranium)
·
Tulang hidung (os nasale)
·
Tulang langit-langit (os pallatum)
·
Tulang air mata (os lacrimale)
·
Tulang rahang atas (os maxilla)
·
Tulang rahang bawah (os mandibula)
·
Tulang pipi (os zygomaticum)
·
Tulang lidah (os hyoideum)
·
Tulang pisau luku (os vomer)
3. Tulang dada (os sternum).
Tulang dada terdiri dari tiga bagian yaitu:
·
hulu (os manubrium sterni)
·
badan (os corpus sterni)
·
taju pedang (os xiphoid prosesus)
4. Tulang rusuk (os costae)
·
Tulang rusuk sejati (os costae vera)
·
Tulang rusuk palsu (os costae sporia)
·
Tulang rusuk melayang (os costae fluctuantes)
5. Tulang belakang (os
vertebrae)
Sebuah tulang punggung terdiri atas dua bagian
yakni bagian anterior yang terdiri dari badan tulang atau corpus
vertebrae, dan bagian posterior yang terdiri dari arcus vertebrae.
Arcus vertebrae dibentuk oleh dua “kaki” atau pediculus dan
dua lamina, serta didukung oleh penonjolan atau procesus yakni procesus
articularis, procesus transversus, dan procesus spinosus. Procesus tersebut
membentuk lubang yang disebut foramen vertebrale. Ketika tulang
punggung disusun, foramen ini akan membentuk saluran sebagai tempat sumsum
tulang belakang atau medulla spinalis. Di antara dua tulang
punggung dapat ditemui celah yang disebut foramen intervertebrale.
Berikut ini adalah bagian dari
tulang belakang :
·
Tulang leher (os cervical)
C 1-7
- Tulang punggung (os thoraxalis) Th 1-12
- Tulang pinggang (os lumbar) L 1-5
- Tulang kelangkang (os sacrum) S 1-5
- Tulang ekor (os cocigeus) Co 1-5
6. Tulang gelang bahu
·
Tulang belikat (os scapula)
·
Tulang selangka (os clavicula)
7. Tulang gelang panggul
·
Tulang usus (os illium)
·
Tulang pinggul (os pelvis)
·
Tulang duduk (os ichium)
·
Tulang kemaluan (os pubis)
B. Bagian apendikuler terdiri dari:
1. Tulang lengan
1. Tulang lengan
·
Tulang lengan atas (os humerus)
·
Tulang hasta (os ulna)
·
Tulang pengumpil (os radius)
·
Tulang pergelangan tangan (os carpal)
·
Tulang telapak tangan (os metacarpal)
·
Tulang jari tangan (os phalanges manus)
2. Tulang tungkai
·
Tulang paha (os femur)
·
Tulang tempurung lutut (os patella)
·
Tulang kering (os tibia)
·
Tulang betis (os fibula)
·
Tulang pergelangan kaki (os tarsal)
·
Tulang telapak kaki (os metatarsal)
·
Tulang jari kaki (os phalanges pedis)
FISIOLOGI
SKELETAL
A. Secara umum fungsi dari sistem skeletal adalah:
1. Menyediakan bentuk untuk menopang tubuh (formasi
kerangka)
2. Sebagai alat gerak pasif,
3. Melindungi organ-organ internal dari trauma mekanik,
4. Menyimpan dan melindungi sumsum tulang selaku sel
hemopoietic (red bone marrow),
5. Fungsi imunologi,yakni membentuk limfosit B dan
makrofag
6. Sebagai pengungkit untuk mendukung berbagaii aktivitas
7. Sebagai tempat melekatnya otot,ligamen dan tendon
8. Menyokong berat badan
9. Menyediakan tempat untuk menyimpan kelebihan kalsium,
dan
10. Menyimpan lemak (yellow bone marrow).
B. Fungsi khusus :
1. Pembentuk nada suara (sinus paranalis)
2. Mengatur frekuansi gelombang
pendengaran (tulang kecil telinga)
3. Mempermudah proses kelahiran pada panggul
wanita
STRUKTUR
SKELETAL
Tulang
keras memiliki dua macam bentuk yaitu tulang kompak yang padat dan keras dan
tulang spons yang berlubang-lubang dan rapuh. Tulang kompak bentuknya padat,
keras dan membentuk perlindungan luar untuk jaringan tulang lainnya.
Tulang
spons terletak di bagian dalam dari tulang kompak, rapuh dan memiliki banyak
pori atau rongga-rongga. tulang spons terdapat pada ujung-ujung dari tulang
kompak.
Jaringan
tulang disusun oleh beberapa bentuk sel tulang, yang terdapat dalam cairan
ekstraseluler (matriks) berupa garam-garam anorganik (sebagain besar berupa
kalsium dan fosfor). garam-garam organik inilah yang memberikan kekuatan pada
tulang dan serabut kolagen yang memberikan sifat elastis pada tulang.
Sel-selnya
terdiri atas tiga jenis dasar-osteoblas, osteosit dan osteoklas.
1. Osteoblas
berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan matriks tulang. Matriks
tersusun atas 98% kolagen dan 2% subtansi dasar (glukosaminoglikan, asam
polisakarida) dan proteoglikan).Matriks merupakan kerangka dimana garam-garam
mineral anorganik ditimbun.
2. Osteosit
adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang dan terletak
dalam osteon (unit matriks tulang ).
3. Osteoklas
adalah sel multinuclear ( berinti banyak) yang berperan dalam penghancuran,
resorpsi dan remosdeling tulang.
·
KLASIFIKASI SKELETAL BERDASARKAN BENTUK DAN PENYUSUNNYA
1)Berdasarkan penyusunnya :
Pada manusia,
kerangka tubuh (skeleton) dibagi menjadi skeleton aksial dan skeleton
apendikuler. Skeleton aksial meliputi tengkorak, tulang belakang, tulang dada,
dan tulang rusuk. Sedangkan, skeleton apendikuler terdiri atas tungkai atas dan
anggota gerak atas, serta tungkai bawah dan anggota gerak bawah.
Skeleton Aksial
a. Tulang tengkorak
Tulang
tengkorak terdiri atas 28 buah tulang. Tulang ini mempunyai fungsi yang amat
penting, yaitu melindungi otak, mata, dan telinga bagian dalam. Tulang
tengkorak yang lain berfungsi membentuk wajah, seperti tulang pipi (os
zigomatikus), tulang hidung (os natalis), tulang rahang atas (os maksila), dan
tulang rahang bawah (os mandibularis). Tulang tengkorak berhubungan dengan
bagian atas tulang belakang (tulang leher).
b. Tulang Belakang
Tulang belakang
terdiri atas 33 buah ruas tulang yang dapat dibagi menjadi beberapa bagian,
yaitu:
- 24 ruas vertebrae (tulang belakang) yang terdiri atas: 7 ruas vertebrae servical (tulang leher), 12 ruas vertebrae torasik (tulang punggung), dan 5 ruas vertebrae lumbaris (tulang pinggang).
- 5 ruas sacrum (tulang kelangkang)
- 4 ruas coccyx (tulang ekor)
Ruas-ruas pada
tulang sacrum dan tulang coccyx telah menyatu semenjak masa embrio. Tulang
belakang terdiri atas carpus (badan) yang memiliki tiga tonjolan spinalis
(procesus spinalis), yaitu prosesus tranversus, procesus anterior dan procesus
posterior.
c. Tulang Dada dan Tulang Rusuk
Tulang dada
(sternum) terdiri atas kepala (capit), badan (korpus), dan ekor (procesusxip
hoideus). Pada tulang dada melekat tulang rusuk (costae) yang terdiri atas 7
pasang tulang rusuk sejati, 3 pasang rusuk palsu dan 2 pasang rusuk melayang.
Tulang dada beserta tulang rusuk dan tulang punggung membentuk rongga dada yang
di dalamnya terdapat organ penting, seperti paru-paru dan jantung.
Skeleton Apendikular
a. Tungkai atas
Tungkai atas
terdiri atas tulang selangka (clafikula), tulang belikat (stapula), tulang
lengan atas (humerus), tulang hasta (ulna), tulang pengumpil (radius), 8 buah
tulang pergelangan tangan (karpal), 5 buah tulang telapak tangan (metakarpal),
dan 14 buah tulang jari (falanges).
b. Tungkai bawah
Tungkai bawah
terdiri atas tulang pinggul atau pelvic (yang dibedakan menjadi ilium, pubis,
dan ischium), tulang paha (femur), tulang tempurung lutut (patella), tulang
betis (fibula), tulang kering (tibia), tulang pergelangan kaki (tarsal), tulang
telapak kaki (metatarsal), dan tulang jari kaki (falanges). Pada tulang telapak
kaki terdapat satu tulang yang berukuran besar, yaitu tulang tumit (kalkanius).
2)Berdasarkan bentuknya :
Rangka adalah
susunan tulang-tulang dengan sistem tertentu. Berdasarkan bentuknya tulang-tulang
yang menyusun rangka tubuh dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu:
a. Tulang pipih.
Tulang pipih
berbentuk pipih, contohnya adalah tulang rusuk, tulang belikat, dan tulang
tengkorak. Tulang pipih memiliki dua lapisan tulang kompakta yang disebut
lamina eksterna dan interna osiskrani yang dipisahkan oleh satu lapisan tulang
spongiosa yang disebut diploe.
b. Tulang pendek.
Tulang pendek
berbentuk kubus atau pendek tidak beraturan, contohnya ruas-ruas tulang
belakang, pangkal lengan, dan pangkal kaki. Tulang ini memiliki inti tulang
spongiosa yang dikelilingi tulang kompakta.
c. Tulang pipa.
Tulang pipa
terdiri atas epifisis (bagian ujung tulang yang membesar seperti bongkol) dan
diafisis (bagian tengah tulang di antara dua epifisis). Di antara diafisis dan
epifisis terdapat tulang rawan berbentuk lempengan atau cakram epifisis. Jika
cakra epifisis masih aktif, maka tulang pipa masih dapat memanjang. Cakra
epifisis tidak aktif lagi sekitar umur 20 tahun.
d. Tulang tak berbentuk.
Tulang tak
berbentuk memiliki bentuk yang tidak teratur. Tulang ini tidak memiliki bentuk,
seperti pipa, pendek, atau pipih. Contoh tulang tak berbentuk, yaitu wajah dan
tulang belakang.
SENDI
Dalam membentuk
rangka tubuh, tulang yang satu berhubungan dengan tulang yang lain melalui
jaringan penyambung yang disebut persendian. Pada persendian terdapat cairan
pelumas (cairan sinofial). Otot yang melekat pada tulang oleh jaringan ikat
disebut tendon. Sedangkan, jaringan yang menghubungkan tulang dengan tulang
disebut ligamen.
Persendian dapat dikelompokkan menjadi sinartrosis,
amfiartrosis, dan diartrosis. Mari cermati uraian berikut ini.
1. Sinartrosis
Persendian yang
tidak memungkinkan terjadinya pergerakan disebut sinartrosis. Tulang-tulang
dipersatukan oleh jaringan tulang, contohnya pada tulang-tulang kepala.
2. Amfiartrosis.
Persendian
tulang dengan gerakan yang sangat terbatas disebut amfiartrosis. Amfiartrosis
dibagi menjadi dua macam, yaitu sinkondrosis dan sindesmosis. Sinkondrosis
ialah persendian yang dihubungkan oleh tulang rawan hialin. Contoh sinkondrosis
pada pelekatan tulang dada dan tulang iga. Sedangkan, sindesmosis ialah
persendian yang dihubungkan oleh jaringan penyambung.
3. Diartrosis.
Diartrosis
merupakan hubungan antara tulang yang satu dengan yang lain, yang dihubungkan
oleh persendian. Persendian yang menyebabkan gerakan bebas dan mobilitasnya
cukup besar, biasanya terjadi pada tulang-tulang panjang. Ujung tulang-tulang
ini ditutupi oleh tulang rawan dan terdapat rongga sinofial yang berisi cairan
sinofial untuk memudahkan gerakan. Persendian ini ditutupi oleh pembungkus
jaringan fibrosa.
Persendian diartrosis dapat dibagi menjadi beberapa
macam sendi, yaitu:
a.Sendi putar.
Persendian yang
memungkinkan adanya gerakan rotasi atau berputar. Hal ini terjadi apabila ujung
tulang yang satu bergerak mengitari ujung tulang yang lain. Contoh sendi putar
adalah tulang tengkorak dengan tulang atlas, pergelangan tangan, dan
pergelangan kaki.
b.Sendi engsel.
Persendian yang
menyebabkan gerakan satu arah karena berporos satu disebut sendi engsel. Contoh
sendi engsel ialah hubungan tulang pada siku, lutut, dan jari-jari.
c.Sendi pelana.
Sendi pelana
adalah persendian yang membentuk sendi, seperti pelana, dan berporos dua.
Contohnya, terdapat pada ibu jari dan pergelangan tangan.
d.Sendi peluru.
Sendi peluru
adalah persendian yang memungkinkan gerakan yang lebih bebas. Sendi ini terjadi
apabila ujung tulang yang satu berbentuk bonggol, seperti peluru masuk ke ujung
tulang lain yang berbentuk cekungan. Contoh sendi peluru adalah hubungan tulang
panggul dengan tulang paha, dan tulang belikat dengan tulang atas.
METABOLISME
TULANG
1)
Tulang mengandung hidroksiapatit, kalsium fosfat,
nonkristal, kalsium karbonat, dan garam – garam lain -> 50 % total massa rangka.
2)
Sisa massa : matriks glikoprotein, proteglikan.
3)
700 mg kalsium keluar masuk tulang tiap hari.
4)
Tulang remodel terus – menerus.
5)
Sumber kalsium tulang baru dalam cairan tubuh dan sel.
6)
Kalsium plasma menurun -> kalsium tulang
dimobilisasi -> Ca2 dalam sirkulasi meningkat -> pembentukan tulang baru.
7)
Keseimbangan negatif Ca2+ -> rakitis dan
osteomalasia.
8)
Kehilangan mineral tulang juga dipengaruhi rasio Ca :
P dalam makanan.
9)
1,25 dihidroksivitamin D3 memungkinkan hormon
paratiroid, melakukan mobilisasi kalsium dan fosfat dari tulang.
PROSES
PENYEMBUHAN TULANG
Tahapan penyembuhan tulang terdiri dari: inflamasi, proliferasi sel,
pembentukan kalus, penulangan kalus (osifikasi), dan remodeling.
1) Tahap Inflamasi.
Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang dengan berkurangnya
pembengkakan dan nyeri. Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cidera dan
pembentukan hematoma di tempat patah tulang. Ujung fragmen tulang mengalami
devitalisasi karena terputusnya pasokan darah. Tempat cidera kemudian akan
diinvasi oleh magrofag (sel darah putih besar), yang akan membersihkan daerah
tersebut. Terjadi inflamasi, pembengkakan dan nyeri.
2) Tahap Proliferasi Sel.
Kira-kira 5 hari hematom akan mengalami organisasi, terbentuk
benang-benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk
revaskularisasi, dan invasi fibroblast dan osteoblast. Fibroblast dan
osteoblast (berkembang dari osteosit, sel endotel, dan sel periosteum) akan
menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan
tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang rawan (osteoid). Dari
periosteum, tampak pertumbuhan melingkar. Kalus tulang rawan tersebut
dirangsang oleh gerakan mikro minimal pada tempat patah tulang. Tetapi gerakan
yang berlebihan akan merusak sruktur kalus. Tulang yang sedang aktif tumbuh
menunjukkan potensial elektronegatif.
3) Tahap Pembentukan Kalus.
Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai
sisi lain sampai celah sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang
digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan, dan tulang serat matur.
Bentuk kalus dan volume dibutuhkan untuk menghubungkan defek secara langsung
berhubungan dengan jumlah kerusakan dan pergeseran tulang. Perlu waktu tiga
sampai empat minggu agar fragmen tulang tergabung dalam tulang rawan atau
jaringan fibrus. Secara klinis fargmen tulang tidak bisa lagi digerakkan.
4) Tahap Penulangan Kalus (Osifikasi).
Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam dua sampai tiga
minggu patah tulang, melalui proses penulangan endokondral. Patah tulang
panjang orang dewasa normal, penulangan memerlukan waktu tiga sampai empat
bulan. Mineral terus menerus ditimbun sampai tulang benar-benar telah bersatu
dengan keras. Permukaan kalus tetap bersifat elektronegatif.
5) Tahap Menjadi Tulang Dewasa (Remodeling).
Tahap akhir perbaikan patah
tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan reorganisasi tulang baru ke
susunan struktural sebelumnya. Remodeling memerlukan waktu berbulan-bulan
sampai bertahun – tahun tergantung beratnya modifikasi tulang yang dibutuhkan,
fungsi tulang, dan pada kasus yang melibatkan tulang kompak dan kanselus –
stres fungsional pada tulang. Tulang kanselus mengalami penyembuhan dan remodeling lebih
cepat daripada tulang kortikal kompak, khususnya pada titik kontak
langsung.Selama pertumbuhan memanjang tulang, maka daerah metafisis mengalamiremodeling (pembentukan)
dan pada saat yang bersamaan epifisis menjauhi batang tulang secara progresif.
Remodeling tulang terjadi sebagai hasil proses antara deposisi dan resorpsi
osteoblastik tulang secara bersamaan. Prosesremodeling tulang
berlangsung sepanjang hidup, dimana pada anak-anak dalam masa pertumbuhan
terjadi keseimbangan (balance) yang positif, sedangkan pada orang dewasa
terjadi keseimbangan yang negative. Remodeling juga terjadi
setelah penyembuhan suatu fraktur. (Rasjad. C, 1998)
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK SISTEM MUSKULOSKELETAL
1.
Sinar – X
Menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi dan
perubahan hubungan tulang. Sinar-X multipel diperlukan untuk pengkajian
paripurna struktur yang sedang diperiksa. Sinar-X korteks tulang dapat
menunjukkan adanya pelebaran, penyempitan dan tanda iregularitas. Sinar – X
sendi dapat menunjukkan adanya cairan, iregularitas, penyempitan, dan perubahan
struktur sendi
2.
CT Scan (Computed Tomografi Scan)
Menunjukkan rincian bidang tertentu dan dapat
memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cedera ligamen atau tendon. CT Scan
digunakan untuk mengindentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang di daerah
yang sulit dievaluasi, seperti asetabulum. Pemeriksaan dilakukan bisa dengan
atau tanpa kontras dan berlangsung sekitar satu jam.
3.
MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Teknik pencitraan khusus, non invasif yang menggunakan
medan magnet, gelombang radio, dan komputer untuk memperlihatkan abnormalitas,
misal tumor atau penyempitan jaringan lunak.
4.
Angiografi
Pemeriksaan sisitem arteri. Suatu bahan kontras
radiopaque diinjeksikan ke dalam arteri tertentu, dan diambil foto sinar-X
serial sistem arteri yang dipasok oleh arteri tersebut. Pemeriksaan ini sangat
baik untuk mengkaji perfusi arteri dan bisa digunakan untuk indikasi tindakan
amputasi yang akan dilaksanakan.
5.
Digital Substraction Angiography (DSA)
Menggunakan teknologi komputer untuk menggambarkan
sistem arteri melalui kateter vena. Sedangkan, venogram adalah pemeriksaan
sistem vena yang sering digunakan untuk mendeteksi adanya trombosis vena dalam
6.
Mielografi
Suatu pemeriksaan dengan menyuntikkan bahan kontras ke
dalam rongga subarakhnoid spinalis lumbal, dilakukan untuk melihat adanya
herniasi diskus, stenosis spinal (penyempitan kanalis spinalis) atau adanya
tumor.
7.
Arthrografi
Penyuntikkan bahan radiopaque atau udara ke dalam
rongga sendi untuk melihat struktur jaringan lunak dan kontur sendi. Sendi
diletakkan dalam kisaran pergerakannya sementara diambil gambar sinar-X serial.
Pemeriksaan ini sangat berguna untukmengidentifikasi adanya robekan akut atau
kronik kapsul sendi atau ligamen penyangga lutut, bahu, tumit, pinggul dan
pergelangan tangan.
8.
Arthrosentesis (aspirasi sendi)
Dilakukan untuk memperoleh cairan sinovial untuk
keperluan pemeriksaan atau untuk meghilangkan nyeri akibat efusi. Pemeriksaan
ini sangat berguna untuk mendiagnosis reumatoid artritis dan atrofi inflamasi,
serta hemartrosis (perdarahan di rongga sendi) yang mengarah pada trauma atau
kecenderungan perdarahan.
9.
Arthroskopi
Merupakan prosedur endoskopi yang memungkinkan
pandangan langsung ke dalam sendi. Perawatan yang dilakukan setelah tindakan
adalah dengan menutup luka dengan balutan steril. Sendi dibalut dengan balutan
tekan untuk menghindari pembengkakan. Kompres es diberikan untuk mengurangi
edema dan rasa tidak nyaman.
10.
Skintigrafi Tulang (Pemindai Tulang)
Menggambarkan derajat sejauh mana matriks tulang
“mengambil” isotop radioaktif khusus tulang yang diinjeksikan ke dalam sistem
tersebut. Pemindai dilakukan empat sampai enam jam setelah isotop diinjeksikan
11.
Termografi
Mengukur derajat pancaran panas dari permukaan kulit.
Kondisi inflamasi seperti artritis dan infeksi, neoplasma harus dievakuasi.
Pemeriksaan serial berguna untuk mendokumentasikan episode inflamasi dan
respons klien terhadap terapi pengobatan antiinflamasi.
12.
Elektromiografi
Memberi infoemasi mengenai potensial listrik otot dan
saraf yang menyarafi. Tujuannya adalah menentukan abnormalitas fungsi
unit motor end. Setelah tindakan berikan kompres hangat untuk mengurangi
ketidaknyamanan.
13.
Absorpsiometri foton tunggal dan ganda
Uji noninvasif untuk menentukan kandungan mineral
tulang pada pergelangan tangan atau tulang belakang. Osteoporosis dapat
dideteksi dengan menggunakan alat densitometri.
14.
Biopsi
Dilakukan untuk menentukan struktur dan komposisi
tulang, otot, dan sinovium serta untuk membantu menentukan penyakit tertentu.
Tindakan yang dilakukan setelah pelaksanaan prosedur adalah memantau
adanya edema, perdarahan dan nyeri. Kompres es dapat diberikan untuk mengurangi
edema, bahkan pemberian analgetik untuk mengatasi nyeri.
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA SISTEM MUSKULOSKELETAL
ASKEP TEORI
1.Pengkajian
Pengkajian pada pasien trauma sistem muskuluskeletal
meliputi nama, umur, pekerjaan dan jenis kelamin.
2.Keluhan Utama
Pasien atau penderita trauma sistem muskuloskeletal
biasa mengeluhkan nyeri, nyeri yang
sering dirasakan adalah nyeri tajam dan keluhan semakin parah jika
ada pergerakan. Meskipun demikian keluhan nyeri pada tulang biasanya tumpul dan
dalam yang juga mengakibatkan gangguan pergerakan.
3.Riwayat Penyakit
a)
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien atau
penderita trauma sistem muskuloskeletal mengidentifikasikan rasa nyeri, kejang
atau kekakuan yang dirasakan pada saat mengalami trauma
b)
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien atau
penderita mengidentifikasikan atau menjelaskan awal terjadinya trauma sistem
muskuloskeletal.
c)
Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien atau
penderita menjelaskan ada anggota keluarga yang pernah mengalami kejadian yang
sama seperti dirinya atau tidak.
4.Pemeriksaan Fisik
Seluruh pakaian penderita harus dibuka agar dapat
dilakukan pemeriksaan yang baik. Pemeriksaan penderita cedera ekskremitas
mempunyai 3 tujuan : menemukan masalah mengancam jiwa (primary
survey), menemukan masalah yang mengancam ekstremitas (secondary
survey), dan pemerikasaan tulang secara sistematis untuk menghindari
luputnya trauma muskuloskeletal yang lain ( re-evaluasi berlanjut ).
Pemeriksaan fisik pada trauma sistem muskuluskletal merupakan pengumpulan data
tentang kondisi system dan kemampuan fungsional diperoleh melalui inspeksi,
palpasi dan pengukuran sebagai berikut :
a. Skeletal
1) Catat
penyimpangan dari structur normal menjadi defrmitas tulang,
perbedaan panjang, bentuk, amputasi
2) Identifikasi
pergerakan abnormal dan krepitasi
b. Sendi
1) Identifikasi
bengkak yang dapat menunjukkan adanya inflamasi atau effuse2) Catat deformiotas yang berhubungan dengan kontraktur atau dislokasi
3) Evaluasi stabilitas yang mungkin berubah
4) Gambarkan
rom baik aktif maupun pasif
c. Otot
1) Inspeksi
ukuran dan contour otot2) Kaji koordinasi gerakan
3) Palpasi tonus otot
4) Kaji kekuatan otot baik dengan evaluasi sepintas dengan jabat tangan atau dengan mengukur skala criteria yaitu 0 untuk tidak ada kontraksi sampai 5 = normal rom dapat melawan penuh gaya gravitasi
5) Ukur lingkar untuk mencatat peningkatan pembengkakan atau perdarahan atau pengecilan karena atropi.
6) identifikasi klonus yang abnormal
d. Neurovaskuler
1) Kaji
ststus sirkulasi pada extremitas dengan mencatat warna kulit, suhu, nadi
perifer, capillary refill, nyeri2) Kaji status neurology
3) Tes reflek
4) Catat
penyebaan rambut dan keadaan kuku
e. Kulit
1) inspeksi
truma injury (luka, memar)
2) kaji
kondisi kronis (dermatitis, stasis ulcer)
5. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan
rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan sekunder terhadap
pembedahan.
Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi.
Kriteria Hasil : Nyeri hilang atau berkurang
Intervensi
|
Rasional
|
·
Evaluasi
keluhan nyeri, lokasi, karakteristik dan
intensitas nyeri
·
Memberikan
posisi senyaman mungkin pada pasien.
·
Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
·
Kolaborasi
pemberian analgesik.
|
·
Untuk
mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan pasien.
·
Untuk membantu
pasien untuk merasakan kenyamanan dan mempercepat proses penyembuhan pasien.
·
Untuk
membantu pasien menghilangkan cemas dan takut yang dirasakan pasien.
·
Membantu
pasien menghilangkan rasa nyeri yang dirasakan.
|
b. Gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
Tujuan : Klien dapat melakukan gerak dan ambulasi.
Kriteria Hasil : Meningkatkan / mempertahankan / mamperhatikan morilisasi pada tingkat
paling tinggi.
Intervensi
|
Rasional
|
·
Observasi
tingkat mobilisasi.
·
Membantu/intruksikan
klien untuk latihan gerak aktif pasif pada ekstremitas yang sakit maupun yang
tidak sakit.
·
Mendekatkan
alat-alat yang dibutuhkan klien..
·
Kolaborasi
dengan ahli fisioterapi dalam pemberian terapi.
|
·
Untuk mengetahui
rentang gerak yang dapat dilakukan oleh pasien.
·
Meningkatkan
dan mempertahankan kekuatan otot dan rentang gerak pasien.
·
Membantu
pasien dalam pemenuhan aktifitasnya.
·
4. Membantu
pasien dalam melakukan rentang gerak untuk pemenuhan aktifitas dan
imobilisasi.
|
PENCEGAHAN PRIMER, SEKUNDER, DAN TERSIER PADA MASALAH
MUSKULOSKELETAL
Tingkatan
pencegahan ini membantu memelihara keseimbangan yang terdiri dari pencegahan
primer, sekunder dan tersier.
a. Pencegahan primer :
Terjadi sebelum
sistem bereaksi terhadap stressor, meliputi : promosi kesehatan dan
mempertahankan kesehatan. Pencegahan primer mengutamakan pada penguatan
flexible lines of defense dengan cara mencegah stress dan mengurangi
faktor-faktor resiko. Intervensi dilakukan jika resiko atau masalah sudah
diidentifikasi tapi sebelum reaksi terjadi. Strateginya mencakup : immunisasi,
pendidikan kesehatan, olah raga dan perubahan gaya hidup.
b. Pencegahan sekunder
Meliputi berbagai
tindakan yang dimulai setelah ada gejala dari stressor. Pencegahan sekunder
mengutamakan pada penguatan internal lines of resistance, mengurangi reaksi dan
meningkatkan faktor-faktor resisten sehingga melindungi struktur dasar melalui tindakan-tindakan
yang tepat sesuai gejala. Tujuannya adalah untuk memperoleh kestabilan sistem
secara optimal dan memelihara energi. Jika pencegahan sekunder tidak berhasil
dan rekonstitusi tidak terjadi maka struktur dasar tidak dapat mendukung sistem
dan intervensi-intervensinya sehingga bisa menyebabkan kematian.
c. Pencegahan Tersier
Dilakukan
setelah sistem ditangani dengan strategi-strategi pencegahan sekunder.
Pencegahan tersier difokuskan pada perbaikan kembali ke arah stabilitas sistem
klien secara optimal. Tujuan utamanya adalah untuk memperkuat resistansi
terhadap stressor untuk mencegah reaksi timbul kembali atau regresi, sehingga
dapat mempertahankan energi. Pencegahan tersier cenderung untuk kembali pada
pencegahan primer
PENANGGULANGAN
TRAUMA PADA SISTEM MUSKULOSKELETAL
Prinsip Penanggulangan:
Ada enam prinsip umum penanggulangan
trauma sistem muskuluskeletal menurut pusponegoro A.J.(2007),yaitu sebagai
berikut :
1. Pertolongan yang aman bagi pasien
2. Pengobatan berdasarkan diagnosis yang tepat
3. Pengobatan yang terarah
4. Perhatikan Laws of Nature
5. Realistik
6. Pertimbangan kasus per kasus
Penanggulangan Trauma Sistem Muskuloskeletal Pada Penderita Fraktur Di Luar RS
Beberapara tindakan yang dilakukan pada penderita
patah tulang ketika masih di luar RS adalah sebagai berikut :
1. Jalan Nafas
Bila penderita
tidak sadar, jalan nafas dapat tersumbat karena lidahnyasendiri yang jatuh ke
dalam faring atau dikarenakan adanya lendir, darah, muntahan atau benda asing.
Untuk mengatasi keadaan ini, penderita dimiringkan sampai telungkup. Rahang dan
lidah ditarik ke depan dan bersihkan faring dengan jari-jari.
2. Perdarahan Pada
Luka
Cara yang
paling efektif dan paling aman adalah dengan meletakan kain yang bersih (kalau
bisa steril) yang cukup tebal dan dilakukan penekanan dengan tangan atau
dibalut dengan verban yang cukup menekan. Torniket
3. Syok
Pada suatu
kecelakaan kebanyakan syok yang terjadi adalah syok hemoragik. Syok bisa
terjadi bila individu kehilangan darahnya kira-kira 30% dari volume darahnya.
Pada fraktur femur tertutup, individu dapat kehilangan darah 1.000-1.500cc.
pada fraktur pelvis, kehilangan darah dapat mencapai 2.000cc. tanda-tanda syok
meliputi: a) denyut nadi 100x/menit, b) tekanan sistolik kurang dari 100 mmHg,
c) wajah terlihat pucat atau sianotik, dan d) kulit tangan teraba dingin.
Gejala lalu dapat berupa sakit (bukan gejala dominan), otot-otot lunak rasa
haus, pernafasan cepat dan dalam, serta kesadaran dalam rentang normal, apatis
atau koma.
Cara paling
baik untuk mengatasi syok karena perdarahan adalah diberikan darah untuk
mengganti jumlah darah yang hilang, sedangkan cairan lainnya, plasma, dextran,
dan lain-lain kurang baik karena tidak mengandung sel darah yang sangat
diperlukan untuk transportasi O2.
4. Fraktur Dan
Dislokasi
Fraktur dan
dislokasi dari anggota gerak harus dilakukan imobilisasi sebelum penderita
dibawa ke rumah sakit untuk mencegah terjadi pergeseran fragmen tulang yang
lebih parah. Guna bidai selain untuk mengurangi rasa sakit juga untuk mencegah
kerusakan jaringan lunak yang lebih parah. Pada fraktur atau dislokasi servikal
dapat dipergunakan gulungan kain tebal atau bantalan pasir yang diletakkan di
kanan dan kiri kepala. Pada tulang belakang cukup diletakkan di atas permukaan
yang keras.
Fraktur
atau dislokasi di daerah bahu atau lengan atas cukup diberikan sling
(mitella). Papan yang dilapisi bantalan kapas dapat digunakan untuk fraktur
lengan bawah. Fraktur femur atau dislokasi sendi panggul dapat menggunakanThomas
splini atau papan panjang dipasang dari aksila sampai pedis dan
difiksasi dengan tungkai sebelah yang sehat. Tungkai bawah dan lutut dapat
dipakai papan yang dilapisi bantalan kapas dari pangkal paha sampai pedis.
Untuk trauma di daerah pedis dapat di pakai bantalan kapas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar